Lokasi:
Yogyakarta
Arti nama: “Seribu”
Luas candi induk: 1.640 m2
Luas tanah/kompleks: 30.525 m2
Tahun pembuatan: Abad 8 M
Peninggalan: Kerajaan Mataram Kuno
Nama candi ini berasal dari bahasa Jawa yaitu “sewu” yang artinya adalah
seribu. Namun hal ini bukan berarti jumlah candi ini ada seribu buah, melainkan
penamaan ini berdasarkan kisah Roro Jonggrang pada Candi Prambanan.
Kompleks
Candi Sewu adalah sekumpulan candi Buddha di kawasan sekitar Prambanan. Berdiri
di atas lahan yang membujur dari utara ke selatan sepanjang 185 meter dan dari
timur ke barat sejauh 165 meter.
Tidak heran kompleks candi ini disebut-sebut
sebagai yang terbesar kedua setelah Candi Borobudur.
Candi Buddha yang aslinya memiliki 249 candi ini memiliki usia yang lebih tua
daripada candi Prambanan, tepatnya dibangun pada abad ke-8 pada masa
pemerintahan Raja Panangkaran dari Mataram Kuno.
Di tiap pintu masuk dijumpai
sepasang arca dwalapala yang bertugas sebagai penjaga pintu gerbang candi.
Bangunan candi Sewu apabila dilihat dengan seksama maka terlihat membentuk pola
mandala, suatu perwujudan alam semesta dalam ajaran Buddha Mahayana.
Kompleks candi Sewu terbagi dalam tiga halaman. Candi induk terletak pada
halaman pertama dan memiliki ukuran 40 x 41 meter. Pada candi induk terdapat
bilik utama dan bilik penampil.
Masing-masing bilik penampil memiliki pintu
masuk menuju bilik utama. Pada halaman kedua ditempati oleh delapan candi apit
dan 240 buah candi perwara.
Ada suatu keunikan disini, candi perwara disusun
dalam suatu pola tertentu yang membentuk persegi panjang yang kosentris. Deret
pertama ditempati 2 bangunan candi.diikuti 44 bangunan pada deret kedua dan 80
bangunan pada deret ketiga.
Sedangkan pada deret terakhir tersebar 88 candi.
Candi apit diletakkan di antara deret kedua dan ketiga candi perwara. Sepasang
pada masing-masing penjuru mata angin.
Candi perwara pada deretan pertama,
kedua, dan keempat membelakangi candi induk. Sedangkan deret ketiga menghadap
candi induk.
Sungguh suatu maha karya yang luar biasa, mengingat candi ini
dibangun oleh nenek moyang kita yang masih minim pendidikannya, namun dapat
menghasilkan sebuah karya yang indah, detail dan rumit seperti yang terdapat
dalam candi Sewu ini.
Secara vertical bangunan candi terbagi menjadi tiga: atap, tubuh dan kaki
candi. Candi ini memiliki sembilan atap yang terdiri dari empat atap penampil,
empat atap lorong dan sebuah atap bilik utama.
Semua puncak atap berbentuk
stupa yang merupakan ciri khas agama Buddha. Atap bilik utama adalah atap yang
paling besar dan paling tinggi karena terdiri dari tiga tingkatan.
Terdapat
hiasan-hiasan yang berupa relung-relung dan antefiks-antefiks dengan motif
dewa-dewi.
Tubuh candi terdiri dari satu bangunan tengah, empat lorong, empat selasar dan
empat penampil. Di dalam bilik tengah terdapat sebuah asana lengkap dengan sandarannya
yang merapat ke dinding barat ruangan.
Asana ini dahulu diisi Arca Manjusri
setinggi kurang lebih 3,6 meter. Hiasan-hiasan yang ada di tubuh candi antara
lain kala makara pada ambang pintu.
Relief dewa yang duduk dalam posisi
vajrasana, dan kepalanya dikelilingi rangkaian api (sirachakra). Kaki candi
dihiasi relief motif purnakalasa atau hiasan jambangan bunga.
Ada pula arca
singa pada setiap sudut pertemuan antara kaki dan struktur tangga.
Posted by Iwan
Santoso at 10:57
Labels: Candi- candi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar