Candi Pawon yang terletak di desa Borobudur, Kecamatan
Borobudur, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah ini memiliki keunikan.
Bentuk candi berukuran lebih kecil dibandingkan candi Mendut.
Candi Pawon
merupakan Candi Budha yang seni bangunannya merupakan gabungan seni bangunan
Hindu Jawa kuno dan India. Candi ini terbuat dari batu gunung berapi. Candi
Pawon ini berada di atas teras dan tangga yang agak lebar. Semua
bagian-bagiannya dihiasi dengan stupa.
Dinding-dinding luar candi dihias dengan
relief pohon hayati (kalpataru) yang diapit pundi-pundi dan kinara-kinari.
Kinari merupakan gambaran makhluk setengah manusia setengah burung. Kinari
digambarkan berkepala manusia berbadan burung. Tata gerak kinari pada
masing-masing sisi berbeda satu dengan yang lain.
Melihat ornamen-ornamen yang
ada, diduga kuat candi Pawon merupakan bagian dari candi Borobudur. Hal ini
didasarkan pada relief-relief yang terdapat pada Candi Pawon yang merupakan
permulaan relief Candi Borobudur.
relief kalpataru dan kinari di bagian belakang candi
Asal-usul nama candi Pawon masih misterius. Dalam bahasa
sehari-hari, kata pawon berarti dapur. Ada juga yang mengartikan kata pawon
dengan mendekati dari kata dasarnya. Pawon berasal dari kata awu atau
abu. Karena mendapat awalan pa dan an, maka kata pawon menunjuk pada suatu
tempat, yaitu perabuan.
Candi ini mempunyai nama lain Candi Brajanalan. Kata
Brajanalan berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua kata ‘vajra’
yang berarti halilintar dan ‘anala’ yang berarti api. Menurut mitologi India,
Dewa Indra memiliki sebuah senjata yang dinamai Vajranala dan senjata itulah
yang disimpan di Candi Pawon.
Kedua nama ini, Pawon dan Brajanalan, sekaligus
menunjukkan pemahaman mengenai fungsi candi ini. Semula, banyak orang mengira
Candi Pawon merupakan sebuah makam.
Atau dalam bahasa lain menjadi tempat
perabuan. Namun setelah diteliti ternyata merupakan tempat untuk menyimpan
senjata Raja Indera yang bernama Vajranala. Maka nama yang disematkan adalah
Brajalanan.
candi pawon di tengah perkampungan
Candi Pawon dipugar tahun 1903. Pemugaran ini selesai pada tahun 1904 mengingat
terdapat ukiran angka 1904 di pintu masuk candi, bagian kiri atas. Candi Pawon
terletak di tengah perkampungan.
Tata letak ini tentu tidak menguntungkan dari
sisi sudut pandang. Meski demikian kegagahan candi ini tetap tampak. Amat
disayangkan kondisi di sekitar candi yang kurang diperhatikan. Ketika saya
datang ke candi ini, areal parkiran berdebu tebal. Debu ini merupakan abu
vulkanik sisa erupsi merapi. Hal kecil ini dapat menggangu kenyamanan para
pengunjung.
Setelah puas menikmati keindahan arsitektur candi pawon,
saya pun pulang dengan lega. Satu koleksi candi yang ada di Magelang bertambah
dalam memori saya. ternyata, keberuntungan masih berada dalam tangan saya.
dalam perjalanan pulang, saya disuguhi pemandangan yang luar biasa. Ketika itu
saya memutuskan untuk berhenti sejenak di Sawitan. Di sini saya menikmati
hamparan persawahan yang beraneka warna.
Padi yang masih menghijau, yang sudah
menguning, atau yang sudah dipanen menjadi sebuah pemandangan yang luar biasa
indah. Sinar matahari yang menembus awan tampak indah. Warnanya yang kuning
kemerahan hendak menunjukkan betapa agungnya Allah. Benar-benar pemandangan
yang luar biasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar