Dhirapunno
CANDI-CANDI DI INDONESIA (NUSANTARA).
Sabtu, 15 September 2012
PURI DAMAR SHASHANGKA: TELUSURI KOTA MAJAPAHIT (1)
PURI DAMAR SHASHANGKA: TELUSURI KOTA MAJAPAHIT (1): Secara makro, bentuk kota Majapahit menyerupai bentuk mandala candi, berdenah segi empat dengan bangunan penampil yang menjorok di keemp...
Senin, 10 September 2012
Candi Boyolangu
Lokasi:
Jawa Timur
Asal nama: Boyolangu (nama desa tempat candi ini berada)
Luas candi induk: 129,96 m2
Tahun pembuatan: Abad 13 M
Peninggalan: Kerajaan Majapahit
Candi Boyolangu adalah sebuah candi yang berada di tengah pemukiman penduduk di
wilayah Dusun Boyolangu, Desa Boyolangu, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten
Tulungagung, provinsi Jawa Timur, Indonesia. Untuk memasuki percandian ini,
harus melalui sebuah lorong selebar 2,5 m yang dibatasi tembok setinggi 75 cm
dengan panjang sekitar 50 m.
Candi berbahan bata ini berdenah segi empat dengan tangga masuk di bagian
barat. Candi yang tersisa baturnya saja itu berukuran 11,40 m x 11,40 m, dan
ukuran penampil/ tangga masuknya adalah 2,68 m x 2,08 m. Secara horisontal,
sisa bangunan itu terdiri atas sebuah candi induk dan dua candi perwara yang
masing-masing berada di kiri-kanannya (utara dan selatan). Candi ini
diketemukan kembali pada tahun 1914 dalam timbunan tanah.
Candi tampak berpusat pada tokoh utama berupa arca wanita berukuran besar yang
diletakkan pada candi induk. Arca terebut berukuran tinggi 120 cm dengan lebar
168 cm dan tebal 140 cm. Saat ini arca tersebut ditempatkan di bawah naungan
sebuah cungkup tanpa dinding. Tokoh wanita tersebut adalah Gayatri atau seorang
pendeta wanita Buddha masa kerajaan Majapahit yang bergelar Rajapadmi. Tokoh
tersebut adalah isteri ke empat Raja Wijaya pendiri kerajaan Majapahit.
Berdasarkan pada angka tahun yang terdapat pada bangunan induk dan Kitab
Nagarakertagama bahwa candi Boyolangu dibangun pada masa pemerintahan Raja
Hayam Wuruk (1359 - 1389 M ) dengan nama Prajnyaparamitapuri.
Candi ini dahulu berfungsi sebagai tempat penyimpanan abu Jenasah Gayatri dan
sekaligus tempat pemujaan agama Buddha.
Posted by Iwan Santoso at 10:47
Labels: Candi-
candi
CANDI BRAHU
Lokasi: Jawa Timur
Asal nama: Wanaru atau Waharu (Bagus Arwana)
Tinggi candi: 20 m
Luas candi induk: 405 m2
Tahun pembuatan: Abad 15 M
Peninggalan: Kerajaan Majapahit
Candi Brahu merupakan salah satu candi yang terletak di Jawa Timur. Lokasi
persisnya ada di Duku Jamu Mente, Desa Bejijong atau sekitar 2 kilometer dari
jalan raya Mojokerto, Jombang. Candi Brahu dibangun dari batu bata merah,
dibangun di atas sebidang tanah menghadap ke arah barat dan berukuran panjang
sekitar 22,5 m, dengan lebar 18 m, dan punya ketinggian 20 meter.
Candi Brahu dibangun dengan gaya dan kultur Budha. Candi ini didirikan pada
abad 15 Masehi namun terdapat perbedaan pendapat. Ada yang mengatakan candi ini
berusia jauh lebih tua ketimbang candi lain di sekitar Trowulan.
Menurut buku Bagus Arwana, kata Brahu berasal dari kata Wanaru atau Warahu.
Nama ini didapat dari sebutan sebuah bangunan suci seperti disebutkan dalam
prasasti Alasantan, yang ditemukan tak jauh dari candi brahu.
Dalam prasasti yang ditulis Mpu Sendok pada tahun 861 Saka atau 9 September
939, Candi Brahu merupakan tempat pembakaran (krematorium) jenazah raja-raja
Brawijaya. Anehnya dalam penelitian, tak ada satu pakarpun yang berhasil
menemukan bekas abu mayat dalam bilik candi. Lebih-lebih setelah ada pemugaran
candi yang dilakukan pada tahun 1990 hingga 1995.
Mengutip buku Mengenal Peninggalan Majapahit di Daerah Trowulan oleh Drs IG
Bagus Arwana, dulu di sekitar candi ini banyak terdapat candi candi kecil yang
sebagian sudah runtuh, seperti Candi Muteran, Candi Gedung, Candi Tengah, dan
Candi Gentong. Saat penggalian dilakukan di sekitar candi, banyak ditemukan
benda benda kuno macam alat alat upacara keagamaan dari logam, perhiasan dari
emas, arca dan lain-lainnya.
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Brahu
Posted by Iwan Santoso at 10:54
Labels: Candi-
candi
CANDI JAGO
Lokasi: Malang
Asal nama: Jajaghu
Tinggi candi: 9,97 m
Luas candi induk: 331,94 m2
Tahun pembuatan: Abad 13 M
Peninggalan: Kerajaan Kertanagara
Candi Jago berasal dari kata "Jajaghu", didirikan pada masa Kerajaan
Singhasari di abad ke-13. Berlokasi di Kecamatan
Tumpang, Kabupaten Malang, atau sekitar 22 km dari Kota Malang. Candi ini cukup
unik, karena bagian atasnya hanya tersisa sebagian dan menurut cerita setempat
karena tersambar petir.
Relief-relief Kunjarakarna dan Pancatantra dapat
ditemui di candi ini. Sengan keseluruhan bangunan candi ini tersusun atas bahan
batu andesit.
Pada candi inilah Adityawarman kemudian menempatkan Arca Manjusri seperti yang
disebut pada Prasasti Manjusri. Sekarang Arca ini tersimpan di Museum Nasional
dengan nomor inventaris D. 214.
Arsitektur Candi Jago disusun seperti teras punden berundak. Keseluruhannya
memiliki panjang 23,71 m, lebar 14 m, dan tinggi 9,97 m. Bangunan Candi Jago
nampak sudah tidak utuh lagi; yang tertinggal pada Candi Jago hanyalah bagian
kaki dan sebagian kecil badan candi.
Badan candi disangga oleh tiga buah teras.
Bagian depan teras menjorok dan badan candi terletak di bagian teras ke tiga.
Atap dan sebagian badan candi telah terbuka.
Secara pasti bentuk atap belum
diketahui, namun ada dugaan bahwa bentuk atap Candi Jago menyerupai Meru atau
Pagoda.
Pada dinding luar kaki candi dipahatkan relief-relief cerita Kresnayana,
Parthayana, Arjunawiwaha, Kunjarakharna, Anglingdharma, serta cerita fabel.
Untuk mengikuti urutan cerita relief Candi Jago kita berjalan mengelilingi
candi searah putaran jarum jam (pradaksiana).
Pada sudut kiri candi (barat laut) terlukis awal cerita binatang seperti halnya
cerita Tantri. Cerita ini terdiri dari beberapa panel. Sedangkan pada dinding
depan candi terdapat fabel, yaitu kura-kura.
Ada dua kura-kura yang
diterbangkan oleh seekor angsa dengan cara kura-kura tadi menggigit setangkai
kayu. Di tengah perjalanan kura-kura ditertawakan oleh segerombolan serigala.
Mereka mendengar dan kura-kura membalas dengan kata-kata (berucap), sehingga
terbukalah mulutnya. Ia terjatuh karena terlepas dari gigitan kayunya.
Kura-kura menjadi makanan serigala.
Maknanya kurang lebih memberikan nasihat, janganlah
mundur dalam usaha atau pekerjaan hanya karena hinaan orang.
Pada sudut timur laut terdapat rangkaian cerita Buddha yang meriwayatkan Yaksa
Kunjarakarna. Ia pergi kepada dewa tertinggi, yaitu Sang Wairocana untuk
mempelajari ajaran Buddha.
Beberapa hiasan dan relief pada kaki candi berupa cerita Kunjarakarna. Cerita
ini bersifat dedaktif dalam kepercayaan Buddha, antara lain dikisahkan tentang
raksasa Kunjarakarna ingin menjelma menjadi manusia.
Ia menghadap Wairocana dan
menyampaikan maksudnya. Setelah diberi nasihat dan patuh pada ajaran Buddha,
akhirnya keinginan raksasa terkabul.
Pada teras ketiga terdapat cerita Arjunawiwaha yang meriwayatkan perkawinan
Arjuna dengan Dewi Suprabha sebagai hadiah dari Bhatara Guru setelah Arjuna
mengalahkan raksasa Niwatakawaca.
Hiasan pada badan Candi Jago tidak sebanyak pada kakinya. Yang terlihat pada
badan adalah relief adegan Kalayawana, yang ada hubungannya dengan cerita
Kresnayana.
Relief ini berkisah tentang peperangan antara raja Kalayawana
dengan Kresna. Sedangkan pada bagian atap candi yang dikirakan dulu dibuat dari
atap kayu/ijuk, sekarang sudah tidak ada bekasnya.
Candi ini mula-mula didirikan atas perintah raja Kertanagara untuk menghormati
ayahandanya, raja Wisnuwardhana, yang mangkat pada tahun 1268. Dan kemudian
Adityawarman mendirikan candi tambahan dan menempatkan Arca Manjusri.
http://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Jago
Posted by Iwan Santoso at 10:59
Labels: Candi-
candi
Langganan:
Postingan (Atom)