Lokasi: Jawa
Tengah
Asal nama: Mendut (nama desa tempat candi ini berada)
Luas candi induk: 187,69 m2
Tinggi candi induk: 26,4 m
Tahun pembuatan: Abad 8 M
Peninggalan: Kerajaan Mataram Kuno (Wangsa Syailendra)
Candi yang merupakan salah satu peninggalan agama Buddha ini didirikan oleh
Raja Indra dari Wangsa Syailendra sekitar tahun 824 Masehi. Candi ini terletak di Desa Mendut, Kecamatan Mungkid, Magelang, Jawa
Tengah. Candi terbesar kedua setelah Borobudur ini berjarak 38 km ke arah barat
laut kota Yogyakarta dan 3 km dari Candi Borobudur.
Candi Mendut biasanya disajikan sebagai satu paket dengan Candi Borobudur dan
Candi Pawon, baik untuk wisatawan mancanegara maupun domestik. Saat peringatan
Hari Waisak, candi ini menjadi tempat berlangsungnya prosesi upacara yang
pertama, yang kemudian dilanjutkan dengan upacara di Candi Pawon hingga
berakhir di Candi Borobudur.
Keunikan Candi Mendut dibanding dengan candi-candi lainnya di pulau Jawa bahkan
di Indonesia adalah pintu masuknya menghadap ke arah barat laut. Kebanyakan
candi menghadap ke arah timur. Selain itu di bilik candi terdapat 3 arca besar
yang terbuat dari bongkahan batu utuh. Ketiga arca ini adalah Arca Dhyani
Buddha Sakyamuni yang menghadap ke arah barat dalam posisi duduk.
Kedua kakinya
menyiku ke bawah pada landasan teratai. Arca kedua adalah Arca Bodhisatva
Avalokitesvara yang menghadap ke selatan. Arca ini dalam posisi duduk dengan
kaki kiri dilipat ke dalam sedangkan kaki kanan menjulur ke bawah. Bodhisattva
yang membantu manusia sambil memegang teratai merah di atas telapak tangannya.
Arca terakhir adalah Arca Bodhisatva Vajrapani yang menghadap ke utara dengan
posisi duduk pula. Kaki kanan dilipat ke dalam, sedangkan kaki kiri menjulur ke
bawah. Vajrapani dan Avalokitesvara disebut-sebut sebagai pengiring atau
pengawal Buddha Sakyamuni.
Hiasan yang terdapat pada candi Mendut berupa hiasan yang berselang-seling.
Dihiasi dengan ukiran makhluk-makhluk kahyangan berupa dewata gandarwa dan
apsara atau bidadari, dua ekor kera dan seekor garuda. Pada kedua tepi tangga
terdapat relief-relief cerita Pancatantra dan jataka.
Dinding candi dihiasi relief Boddhisatwa di antaranya Awalokiteśwara, Maitreya,
Wajrapāṇi dan Manjuśri. Pada dinding tubuh candi terdapat relief kalpataru, dua
bidadari, Harītī (seorang yaksi yang bertobat dan lalu mengikuti Buddha) dan
Āţawaka.
Hiasan relief-relief pada Candi Mendut merupakan cerita berupa ajaran moral
dengan menggunakan tokoh-tokoh binatang sebagai pemerannya. Terdapat cerita
“Brahmana dan Kepiting”, “Angsa dan Kura-Kura”, “Dua Burung Betet yang berbeda”
dan “Dharmabuddhi dan Dustabuddhi”. Relief brahmana dan kepiting menceritakan
seorang brahmana yang menyelamatkan seekor kepiting. Kepiting ini kemudian
membalas budi dengan menyelamatkan brahmana dari gangguan gagak dan ular.
Relief angsa dan kura-kura tentang seekor kura-kura yang diterbangkan dua ekor
angsa ke danau. Namun kura-kura ini meras tersinggung dengan ucapan angsa.
Kura-kura melepas gigitannya sehingga jatuh ke tanah dan mati. Dharmabuddhi dan
Dustabuddhi bercerita tentang dua orang sahabat yang berbeda kelakuannya.
Dustabuddhi memiliki sifat tercela suka menuduh Dharmabuddhi melakukan
perbuatan tercela, namun akhirnya kejahatannya terbongkar dan Dustabuddhi pun
dijatuhi hukuman. Relief terakhir bercerita tentang kelakuan dua burung betet
yang sangat berbeda karena satunya dibesarkan oleh brahmana dan satunya lagi
oleh seorang penyamun.
Candi Mendut didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra.
Di dalam prasasti Karangtengah yang bertarikh 824 Masehi, disebutkan bahwa raja
Indra telah membangun bangunan suci bernama wenuwana yang artinya adalah hutan
bambu. Oleh seorang ahli arkeologi Belanda bernama J.G. de Casparis, kata ini
dihubungkan dengan Candi Mendut.
Bahan bangunan candi sebenarnya adalah batu bata yang ditutupi dengan batu
alam. Bangunan ini terletak pada sebuah basement yang tinggi, sehingga tampak
lebih anggun dan kokoh. Tangga naik dan pintu masuk menghadap ke barat-daya. Di
atas basement terdapat lorong yang mengelilingi tubuh candi. Atap candi
bertingkat tiga dihiasi stupa-stupa kecil. Jumlah stupa kecil 48 buah.
Sedangkan tinggi bangunan 26,4 meter. Adapun luas bangunan secara keseluruhan
adalah 13,7 x 13,7 m2.
Kronologi Penemuan:
• 1836 – Ditemukan dan dibersihkan
• 1897 – 1904 kaki dan tubuh candi diperbaiki namun hasil kurang memuaskan.
• 1908 – Diperbaiki oleh Theodoor van Erp. Puncaknya dapat disusun kembali.
• 1925 – sejumlah stupa disusun kembali.
Persis di sebelah candi Mendut terdapat vihara Buddha Mendut. Vihara ini
dahulunya adalah sebuah biara Katholik yang kemudian tanahnya dibagi-bagi
kepada rakyat pada tahun 1950-an. Lalu tanah-tanah rakyat ini dibeli oleh
sebuah yayasan Buddha dan di atasnya dibangun vihara. Dalam vihara ini terdapat asrama,
tempat ibadah, taman, dan beberapa patung Buddha. Beberapa di antaranya adalah
sumbangan dari Jepang.
Jelajah Candi Nusantara
http://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Mendut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar